***... Golongan Yang Selamat adalah para ahli hadits. Tentang mereka Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Senantiasa ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka sehingga datang keputusan Allah. (HR. Muslim) ------ Berkata Al-Munawi : Hati yang keras tidak akan bisa menerima kebenaran meskipun telah banyak buktinya (Faidhul qadir) ------Berkata Al-Munawi : Seluruh Ibadah dibangun diatas Sunnah dan mengikutinya bukan diatas hawa nafsu dan bid’ah (Faidhul qadir) ------ Berkata Sufyan bin Uyainah : Siapa yang mencari kemewahan dia akan ditimpa kehinaan, siapa yang hanya mencari harta dia akan ditimpa kemiskinan, dan siapa yang memilih Agama, Allah akan memberikan padanya kemuliaan, harta dan Agama ------ Berkata Luqman Al Hakim : "Diam itu hikmah, namun sedikit orang yang melakukannya" ------ Berkata Ibnul Qoyyim : Jika Manusia merasa cukup dengan Dunia, hendaknya engkau merasa cukup dengan Allah, Jika mereka gembira dengan Dunia, maka gembiralah engkau dengan Allah, jika mereka merasa nyaman dengan orang yang mereka cintai, jadikan rasa nyamanmu bersama Allah. (Al-Fawaa'id) ------ Berkata Ibnul Qoyyim : "Usaha jiwa yang paling utama dan yang diridhoi adalah hati dan, seorang hamba akan meraih kemuliaan dunia dan akhirat adalah dengan Ilmu dan Iman ------ Berkata Hudzaifa bin Qotadah "Musibah terbesar adalah kerasnya hati"(Siyar:9/284). -------“Bukanlah kekayaan itu dari banyaknya harta, akan tetapi kekayaan itu adalah rasa cukup yang ada di dalam hati.” (HR. Al-Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)------

Sabtu, 27 Maret 2010

Diposting oleh Ummu 'Abdil Barr

“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan-jalan yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” [Surah Al-Faatihah: 6-7]


Itulah sepenggal doa yang selalu kita baca di setiap shalat yaitu agar diberi hidayah oleh Allah untuk selalu dapat berjalan di jalan yang lurus bukannya di jalan mereka yang sesat dan dimurkai Allah Ta’ala.

Ya sahabat, jalan yang lurus itu adalah jalan yang kita tempuh untuk menggapai ridha Allah, meraih cinta Allah sehingga kita termasuk orang yang mendapat pertolongan dan rahmat Allah di dunia ini dan di Hari Pembalasan nanti.


Ya sahabat, Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Ali Imran 31 tentang jalan untuk meraih cinta-Nya, yaitu:

“Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Surah Ali Imran:31]

Ya sahabat, jalan yang lurus itu adalah apa-apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Tentunya, sebagai seorang muslim, kita mengetahui itu. Namun sahabat, sudahkah kita benar-benar telah menjalankan apa-apa saja yang sudah diajarkan oleh beliau shalallahu ‘alaihi wasallam? Apakah sahabat sudah yakin bahwa semua ajaran beliau sudah diterima dengan baik dan diterapkan di kehidupan kita?

Sahabat, jika kitapun tak yakin bahwa kita telah mempelajari apa-apa yang telah diajarkan oleh beliau, lalu apakah sahabat bisa yakin bahwa jalan yang kita tapaki selama ini adalah jalan yang lurus itu? Jangan sampai, apa yang telah kita pikirkan adalah jalan yang lurus tapi ternyata belumlah selurus seperti apa kita telah doakan di dalam shalat kita. Itulah jalan lurus yang semu. Bahkan bisa saja karena ketidaktahuan kita, ternyata malah dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah.

Contohnya ya sahabat, saat kita sakit, kita lupa bahwa yang menyembuhkan adalah Allah tapi ternyata kita malah berkeyakinan bahwa yang membuat kita sembuh adalah obat!

Ya sahabat, mulailah kritis terhadap apa-apa yang telah kita usahakan demi menggapai jalan lurus itu. Saat melakukan amalan, tanyakan pada diri sendiri, apakah sudah sesuai dengan ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Sangat riskan sahabat, jika kita melakukan amalan hanya karena orang-orang melakukannya. Yang disebutkan di Surat Ali Imran 31 yang menjadi panutan kita adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bukanlah orang lain. Beliau adalah sebenar-benar panutan, ini tercermin saat kita melakukan amalan tentunya kita harus yakin bahwa hal itu telah diajarkan oleh beliau. Janganlah berhujjah / berdalil, “saya melakukannya karena si fulan melakukannya.” Bukankah harusnya, “saya melakukannya karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengajarkannya?”

Perdalamlah ilmu agama ya sahabat sehingga kita bisa tau dan tenang bahwa amalan yang kita lakukan benar-benar mendekatkan kita kepada yang kita cintai, Allah Ta’ala. Banyak hadist yang menjadi rujukan kita dalam beramal. Itu tak susah ya sahabat, malah itu membuat kita semakin mengenal jalan yang lurus itu, membuat kita semakin merasakan manisnya iman kepada Allah Ta’ala.

Ya sahabat, berilmulah dulu sebelum beramal. Tak akan rugi menjadi orang yang paham tentang agamanya. Tahukah sahabat bahwa orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah adalah orang-orang yang paham akan ilmu agama / ilmu syar’i?

Dalam ash-Shahiihain dari hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan (wafat th. 78 H) radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya.” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (I/306, II/234, IV/92, 95, 96), al-Bukhari (no. 71, 3116, 7312), dan Muslim (no. 1037), dari Shahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallaahu ‘anhuma.]

Ya Sahabat, datangilah majelis-majelis ilmu. Majelis-majelis ilmu yang mengajarkan kita Al-Qur’an dan hadits-hadits yang dapat mendekatkan kita kepada jalan yang lurus itu, menggapai ridha dan cinta Allah, menuju jalan surga-Nya. Sebab Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) atas orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut senantiasa menolong saudaranya. Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya.” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2699), Ahmad (II/252, 325), Abu Dawud (no. 3643), At-Tirmidzi (no. 2646), Ibnu Majah (no. 225), dan Ibnu Hibban (no. 78-Mawaarid), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Lafazh ini milik Muslim]
(oleh Berbagai Sumber)

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Saya

Foto saya
Bismillah... Lahir Di Tanah Bumbu, Banjarmasin Kalimantan Selatan, saat ini ana tinggal d pulau jawa sendirian. Bukan Si Penakluk Dunia dan tidak ingin Menaklukkan Dunia... Ana hanyalah hamba ALLAH yang Dhoif lagi fakir akan ILMU SYAR'I.. Haus Akan Ilmu Syar'i berdasarkan Al_Qur'an Dan As-Sunnah Menurut Pemahaman Salafusshalih... Ini adalah blog pribadi yg di peruntukkan mengingatkan diri Pribadi yang masih Lalai ini... BarokALLAHu fik.. semoga ALlah selalu menunjukkan jalan yang lurus lagi Terang kepada kita Semua .. Amin Ya Rabb.
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran
dari Tuhan-mu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami
turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an).
(Surat An Nisaa': ayat 174)