***... Golongan Yang Selamat adalah para ahli hadits. Tentang mereka Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Senantiasa ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka sehingga datang keputusan Allah. (HR. Muslim) ------ Berkata Al-Munawi : Hati yang keras tidak akan bisa menerima kebenaran meskipun telah banyak buktinya (Faidhul qadir) ------Berkata Al-Munawi : Seluruh Ibadah dibangun diatas Sunnah dan mengikutinya bukan diatas hawa nafsu dan bid’ah (Faidhul qadir) ------ Berkata Sufyan bin Uyainah : Siapa yang mencari kemewahan dia akan ditimpa kehinaan, siapa yang hanya mencari harta dia akan ditimpa kemiskinan, dan siapa yang memilih Agama, Allah akan memberikan padanya kemuliaan, harta dan Agama ------ Berkata Luqman Al Hakim : "Diam itu hikmah, namun sedikit orang yang melakukannya" ------ Berkata Ibnul Qoyyim : Jika Manusia merasa cukup dengan Dunia, hendaknya engkau merasa cukup dengan Allah, Jika mereka gembira dengan Dunia, maka gembiralah engkau dengan Allah, jika mereka merasa nyaman dengan orang yang mereka cintai, jadikan rasa nyamanmu bersama Allah. (Al-Fawaa'id) ------ Berkata Ibnul Qoyyim : "Usaha jiwa yang paling utama dan yang diridhoi adalah hati dan, seorang hamba akan meraih kemuliaan dunia dan akhirat adalah dengan Ilmu dan Iman ------ Berkata Hudzaifa bin Qotadah "Musibah terbesar adalah kerasnya hati"(Siyar:9/284). -------“Bukanlah kekayaan itu dari banyaknya harta, akan tetapi kekayaan itu adalah rasa cukup yang ada di dalam hati.” (HR. Al-Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)------

Senin, 17 Mei 2010

Diposting oleh Ummu 'Abdil Barr


Kutatap langit-langit kamar yang sunyi…..sungguh berbeda dengan kondisi di luar sana yang riuh ramai.
Sore ini, sore yang sama seperti sore sebelumnya,,,,
Sore…bertemankan butiran hujan yang tercurah dari langit bulan Febuari…

Butiran hujan, beradu dengan teriakan tetangga yang menyuruh anaknya mandi dan Jeritan sang anak yang menolaknya….adalah bagian dari sore ku dan sore mereka….
Tak pelak lagi pukulan, jeweran, dan cubitan, hinggap di tubuh mungil anak-anak mereka. Pemandangan yang sudah berakar dalam keseharian mereka
Namun aku lebih merasa gerah dengan kata-kata yang terlontar dari lisan sang orangtua.

Membuat muncul pertanyaan dalam otakku….”Inikah sosok seorang ibu…?”



Sedetik kemudian, pikiranku melayang ke peristiwa beberapa tahun yang lalu, saat aku masih kuliah- mahasiswa tingkat akhir.

Ibu dosenku berdiri disana, menerangkan pada kami tentang pola asuh orangtua : pentingnya pengasuhan yang baik dan akibat dari pola asuh yang kurang baik.

Kemudian beliau berkisah tentang Hitler -seorang pemimpin paling ditakuti karena telah membunuh begitu banyak orang Yahudi-. yang ternyata menjadi seseorang yang demikian kerasnya, karena salah asuh dari orangtuanya. Sejak kecil, ia selalu dipukuli oleh ayahnya hanya karena kesalahan-kesalahan kecil.. Hingga suatu hari Hitler menemukan sebuah buku, yang mengatakan bahwa “orang yang kuat itu adalah orang yang tidak pernah meneteskan air mata”, dan ia pun bertekat untuk tidak akan pernah menangis lagi.
>

Bahkan ketika sang ayah, pada suatu saat, memukulinya lagi, ia datang ke ibunya dengan tersenyum bangga, dan berkata bahwa ayahn ya telah memukulnya sebanyak 33 kali (lupa tepatnya berapa kali *senyum), hingga ibunya menyangka bahwa Hitler telah gila.
Hitler pada akhirnya tumbuh menjadi orang yang demikian keras. Di saat ia mengetahui bahwa ayahnya adalah anak hasil “perkawinan di luar nikah” antara neneknya dengan orang Yahudi. Hitler menjadi sangat benci pada orang Yahudi, dan membantai banyak kaum tersebut.

Kemudian ibu dosen pun bercerita kisah tokoh-tokoh lain, yang tumbuh menjadi manusia yang kejam, akibat salah asuh orang tua.

Kemudian entah kenapa, saat itu aku mengangkat jari tangan, dan bertanya dengan kekanak-kanakan….

Kukatakan pada ibu dosenku, “Ibu…entah mengapa saya merasa ini tidak adil…”,

Aku menarik nafas dan melanjutkan,

“ Ibu….dulu, sewaktu kita akan dilahirkan, kita tidak bisa memilih kan bu, kelak kita akan menjadi siapa, bagaimana rupa kita, kepandaian kita, rizki kita. Kita pun tidak bisa memilih siapa orangtua kita. Ya kan bu…

Alangkah kasiannya anak-anak yang lahir dari pengasuhan yang buruk, kemudian mereka akhirnya tumbuh menjadi anak-anak yang buruk, seda ngkan mereka juga tidak ingin memiliki orangtua yang buruk. Semua anak pasti ingin memiliki orangtua yang sayang dan perhatian pada mereka. Semua orang pasti menginginkan orangtua yang memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Hanya saja……..mereka tidak dapat memilih kan bu…Alangkah kasiannya mereka…..Apakah salah seorang anak, jika ternyata orangtua mereka seperti itu….?”

Ibu dosenku tersenyum mendengar pertanyaan aneh i tu, kemudian ia menjawab dengan bijak. -Sebuah jawaban…yang sampai saat ini…masih kusimpan dalam benakku…-

“benar….benar sekali…
kita ini…memang tidak dapat memilih siapa orangtua kita, dan bagaimana mereka akan membesarkan kita. Dan memang pola asuh mereka memiliki andil yang cukup besar dalam kepribadian kita. Namun…coba lihatlah…..kita hidup bukan hanya dilingkungan keluarga saja bukan…?
Kita hidup dalam masyarakat. Kita hidup dalam lingkungan yang lain, selain lingkungan keluarga.

Ada banyak hal yang kemudian membentuk kepribadian kita.

Lagipula, coba lihat diri kalian sendiri…!. Kalian ini sudah besar, sudah mahasiswa…Kalian ini ingin menjadi siapa atau apa, itu bukan karena oranglain. Namun, karena kalian sendirilah yang menginginkannya.
Apakah hanya karena orangtua kalian mendidik kalian dengan buruk, lalu kalian menyandarkan diri pada kesalahan mereka, dan tetap menjadi anak dengan kepribadian buruk…?

Bukan saatnya lagi untuk menyalahkan orang lain atas kejadian yang kita alami.
Kalian sudah dewasa…sudah seharusnya mengambil langkah untuk hidup kita sendiri…
Lagipula, yakinlah, apa yang diberikan Dia adala
h yang terbaik untuk kita…
Bisa saja kita mendapatkan orangtua yang baik, namun lingkungan sekitar kita buruk, dan kita mengambil jalan yang buruk, maka kita pun akan tersesat.
Dan mungkin saja, kita diberikan orangtua yang buruk, namun kita terus memperbaiki diri, maka kita pun akan mendapatkan kebaikan…”



Saat itu, aku sungguh belum mengerti mengena i pentingnya memahami tentang takdir. Bukankah memahami takdir yang telah digariskan oleh Allah dapat supaya hati kita menjadi tenang…?

kini…aku sadar…betapa tidak layaknya, apabila seseorang menyalahkan takdirnya….bersandar pada kesalahan orang lain…..mencari-cari alasan bahwa ia menjadi seperti ini karena orang lain.

Mungkin salah seseorang anak, akan memiliki orangtua yang buruk….
atau memiliki orangtua dengan pendidikan rendah,
atau merasa tidak mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya,
atau merasa bahwa ia diperlakukan tidak adil
atau merasa bahwa ia memiliki masa kecil yang suram….
Atau ia sama sekali tidak bangga pada orangtuanya….bahkan merasa malu…

Kemudian ia beranggapan, bahwa ia yang sekarang ini….keburukan yang terjadi padanya, karakteristik sifatnya yang buruk ini, adalah akibat dari kesalahan orangtuanya.
Dan ia menjadi manusia yang memandang buruk masa lalunya….

Temanku…. Kami memahami kesedihanmu….
Memang benar, Orangtua mseharusnya menjadi seseorang yang paling dekat dengan kita….mengajari kita hal-hal yang positif….menerima kekurangan kita, membangun kepercayaan pada kita bahwa kita tidak sendirian…

Tapi disaat orangtua kita tidak seperti orangtua yang ideal, layakkah kita terus terkungkung pada hal tersebut….dan hanya menjadi pribadi yang diam, dan menyerah, serta menyandarkan diri pada kesalahan mereka…?

Apakah karena kesalahan didik orangtua kita….kurang kasih sayang…dan tidak pahamnya mereka tentang cara menjadi orangtua yang baik, lantas menjadikan kita demikian terpuruk……menjadikan kita terhempas….menjadikan kita pribadi dengan moral kalah…. bersembunyi pada kesalahan mereka, dan lari dari keharusan untuk bangkit….? Untuk memperbaiki diri….??

Apakah kita harus menjadi seseorang yang seperti itu….?

Akankah kita lari dari tanggung jawab kita untuk senantiasa memperbaiki diri….?

Temanku bukankah jika kita ingin menjadi orang yang lebih baik….itu kita lakukan bukan karena manusia…
Sungguh bukan karena manusia….
Kita tidak berubah menjadi orang yang lebih baik….hanya karena orangtua kita baik…atau bukan karena latar belakang kehidupan kita, tapi…karena mengharapkan pahala dari Allah…

Ibumu…ayahmu…adalah sama halnya dengan kamu…
Mereka pun manusia….
Memiliki kekurangan, disamping kelebihan….
Memiliki kesalahan….
Namun…jangan sampai kesalahan mereka, atau ketidaksukaanmu pada sikap mereka, mendorongmu untuk berbuat durhaka pada mereka….
Mendorongmu…untuk membenci mereka
Karena sikapmu yang seperti itu…tidak lain justru akan menjatuhkan dirimu sendiri dalam neraka…

Temanku…
yakinlah Allah Maha Adil…
Ia memberikan kalian kekurangan di satu sisi….InsyaAllah memberikan kelebihan kalian pada sisi yang lain….

Mungkin Allah meletakkan cobaan pada kalian dari sisi orangtua kalian…
Sedangkan teman-teman yang lain, diuji dengan jalan yang lainnya…

Tapi….temanku…Bukankah kesabaranmu…ketaatanmu dalam menghadapi ujian, adalah ladang pahalamu….?

Temanku…kehidupan itu tidak stagnan….kehidupan itu berubah….!!!
Betapa tak sedikit orang-orang yang lahir dari orangtua psikopat, akhirnya dapat bangkit dan menjadi sosok dewasa yang baik…?
Betapa tak sedikit orang-orang yang dibesarkan oleh lingkungan yang kumuh dan buruk, akhirnya dapat menjadi orang yang tegar dan shalih –atas ijin Allah…?

Temanku….ingatlah…bahwa Allah selalu bersamamu…cukuplah cintaNya menjadi tujuanmu…
Apabila engkau mengharap cinta dari manusia, mungkin engkau akan lebih banyak kecewa…disebabkan karena manusia pun adalah makhluk yang penuh dengan kekurangan….

Temanku….mari sama-sama belajar bersamaku…bersama teman-teman yang lain…untuk senantiasa memperbaiki diri…
Sudah saatnya kita melihat diri kita sebagai diri yang mandiri….
Bukan saatnya terus merenungi masa lalu….
Bukankah masa lalu adalah hal yang paling jauh dari kita…? Kita tidak akan kembali padanya…? Jadi biarkanlah ia berlalu….

Sekarang…..yang lebih baik kita lakukan adalah….menjadikan masa lalu kita sebagai suatu pelajaran….
Jangan sampai kelak anak-anak kita mengalami hal yang sama dengan masa lalu kita…
Jadikan kesalahan dalam didikan orangtuamu padamu….sebagai kunci keberhasilan kita dalam mendidik anak….
Belajarlah…dan terus belajar tentang cara mendidik anak-anakmu kelak….
Buatlah anak-anak kita berkata dengan lantang, “aku bangga punya orangtua seperti ummi dan abi…”

Dengarlah kaum wanita….generasi ini tanggung jawabmu….!!!!!

Pagi sumber : Thalibatun

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Saya

Foto saya
Bismillah... Lahir Di Tanah Bumbu, Banjarmasin Kalimantan Selatan, saat ini ana tinggal d pulau jawa sendirian. Bukan Si Penakluk Dunia dan tidak ingin Menaklukkan Dunia... Ana hanyalah hamba ALLAH yang Dhoif lagi fakir akan ILMU SYAR'I.. Haus Akan Ilmu Syar'i berdasarkan Al_Qur'an Dan As-Sunnah Menurut Pemahaman Salafusshalih... Ini adalah blog pribadi yg di peruntukkan mengingatkan diri Pribadi yang masih Lalai ini... BarokALLAHu fik.. semoga ALlah selalu menunjukkan jalan yang lurus lagi Terang kepada kita Semua .. Amin Ya Rabb.
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran
dari Tuhan-mu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami
turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an).
(Surat An Nisaa': ayat 174)