***... Golongan Yang Selamat adalah para ahli hadits. Tentang mereka Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Senantiasa ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka sehingga datang keputusan Allah. (HR. Muslim) ------ Berkata Al-Munawi : Hati yang keras tidak akan bisa menerima kebenaran meskipun telah banyak buktinya (Faidhul qadir) ------Berkata Al-Munawi : Seluruh Ibadah dibangun diatas Sunnah dan mengikutinya bukan diatas hawa nafsu dan bid’ah (Faidhul qadir) ------ Berkata Sufyan bin Uyainah : Siapa yang mencari kemewahan dia akan ditimpa kehinaan, siapa yang hanya mencari harta dia akan ditimpa kemiskinan, dan siapa yang memilih Agama, Allah akan memberikan padanya kemuliaan, harta dan Agama ------ Berkata Luqman Al Hakim : "Diam itu hikmah, namun sedikit orang yang melakukannya" ------ Berkata Ibnul Qoyyim : Jika Manusia merasa cukup dengan Dunia, hendaknya engkau merasa cukup dengan Allah, Jika mereka gembira dengan Dunia, maka gembiralah engkau dengan Allah, jika mereka merasa nyaman dengan orang yang mereka cintai, jadikan rasa nyamanmu bersama Allah. (Al-Fawaa'id) ------ Berkata Ibnul Qoyyim : "Usaha jiwa yang paling utama dan yang diridhoi adalah hati dan, seorang hamba akan meraih kemuliaan dunia dan akhirat adalah dengan Ilmu dan Iman ------ Berkata Hudzaifa bin Qotadah "Musibah terbesar adalah kerasnya hati"(Siyar:9/284). -------“Bukanlah kekayaan itu dari banyaknya harta, akan tetapi kekayaan itu adalah rasa cukup yang ada di dalam hati.” (HR. Al-Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)------

Selasa, 02 Oktober 2012

Diposting oleh Ummu 'Abdil Barr


Pertanyaan:
Bolehkan orang yang dikubur disifati dengan kalimat: ‘Memasuki tempat peristirahatan terakhirnya’ atau kalimat-kalimat semacamnya?
Jawab:
Kita baru saja mendengar kabar-kabar orang yang meninggal yang disiarkan oleh sebagian radio-radio Arab, yaitu dengan menyebutkan nama-nama orang yang meninggal tersebut. Misalnya dalam hal ini dikatakan: Telah meninggal fulan bin fulan dan seterusnya, dan dia akan dibaringkan di tempat peristirahatan terakhirnya pada jam sekian pada hari sekian.
Sudah dari dahulu saya sudah memberikan catatan terhadap ucapan ini dan terkadang saya mengingatkan bahwa ungkapan semacam ini ‘peristirahatan terakhir’ bukanlah termasuk dari ungkapan-ungkapan syar’iyah. Hal itu karena ungkapan seperti ini bisa keluar dari mulut seorang mukmin yang beriman akan adanya kebangkitan dan bisa juga keluar dari mulut seorang mulhid (kafir) yang tidak mengimani adanya kebangkitan.

Hanya saja jika ungkapan seperti ini diucapkan oleh seorang mukmin, maka ungkapan ini sangat kurang. Berbeda halnya jika diucapkan oleh seorang mulhid, maka dia sebenarnya tengah mengungkapkan sendiri penyimpangannya, karena dia tidak mengimani bahwa setelah tempat peristirahatan atau tempat kembali terakhir ini masih ada kehidupan yang lain. Tatkala sudah dipahami bersama bahwa seorang muslim itu harus berbeda dalam seluruh ucapan dan amalannya dari orang-orang yang bertentangan dengannya dalam hal pemikiran dan akidah, maka sudah sepantasnya juga dia wajib untuk menjauhi ungkapan-ungkapan semacam ini, yang mana ungkapan ini mengesankan pengingkaran kepada kebangkitan. Maka sepatutnya dikatakan -misalnya-: ‘Tempat peristirahatan terakhirnya di dalam kubur’ atau ‘di alam barzakh’ atau ungkapan-ungkapan semacamnya, yang jelas harus diberikan pembatasan.
Hanya saja pembatasan seperti ini dan semacamnya biasa saya namakan dengan istilah tarqi’ (pencangkokan) dalam ucapan (baca: kalimat bersayap, pent.). Dan tarqi’ dalam ucapan ini bukanlah termasuk adab-adab Islami. Hal itu karena telah datang beberapa hadits nabawi yang shahih, yang memerintahkan dan mengajari kita agar kita tidak mengucapkan ucapan yang mengharuskan kita untuk mentakwilnya (menafsirkannya) setelah kita mengucapkannya. Di antara hadits-hadits tersebut adalah:
إِيّـاكَ وَما يُعْتَذرُ مِنْهُ
“Waspadalah dari apa-apa yang akan dicarikan udzur darinya.”
Dan sabda beliau yang lain:
لاَ تُكَلِّمَنَّ بِكَلامٍ تَعْتَذِرُ بِهِ عِنْدَ النّاسِ
“Janganlah kamu berbicara dengan ucapan yang kamu akan meminta udzur (alasan) dengannya di hadapan orang-orang.”
Karenanya, di antara kesalahan buruk yang lahir dari taqild kaum muslimin kepada orang-orang kafir, sampai dalam hal penerjemahan ungkapan-ungkapan mereka yang tidak menunjukkan bahwa mereka ini beriman kepada hari kebangkitan. Di antara bentuk taqlid tersebut adalah ucapan sebagian radio Arab ketika memberitakan orang-orang yang meninggal: Dia akan dipindahkan ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Padahal kubur ini bukanlah tempat peristirahatan terakhir bagi orang-orang yang telah meninggal, akan tetapi tempat peristirahatan terakhir mereka adalah sebagaimana firman Rabb kita Azza wa Jalla dalam Al-Qur`an Al-Karim:
فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ
“Sekelompok masuk ke dalam surga dan sekelompok masuk ke dalam neraka.” (QS. Asy-Syura: 7)
Maka ucapan ‘peristirahatan terakhir’ ini sama sekali tidak mengungkapkan akidah Islamiah. Karenanya sebagaimana dalam sebuah pribahasa dikatakan: Seandainya sesuatu itu ditaati atau didengarkan maka akal akan menjadi pendek.
Maka saya betul-betul menasehati mereka agar mereka meninggalkan ungkapan-ungkapan seperti ini yang merupakan hasil terjemahan dari ungkapan-ungkapan orang asing yang kafir, dan beralih kepada ungkapan Islami yang tidak mengesankan sedikitpun sesuatu yang bertentangan dengan Islam dan aqidah Islamiah. Berdasarkan sabda-sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam yang telah berlalu:
إِيّـاكَ وَما يُعْتَذرُ مِنْهُ
“Waspadalah dari apa-apa yang akan dicarikan udzur darinya.”
Ini adalah peringatan dan peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.
[Diterjemahkan dari jawaban Asy-Syaikh Al-Albani dalam kaset Silsilah Al-Huda wa An-Nur no. 222, menit 36 detik 03]
Ucapan ‘Peristirahatan Terakhir’

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Saya

Foto saya
Bismillah... Lahir Di Tanah Bumbu, Banjarmasin Kalimantan Selatan, saat ini ana tinggal d pulau jawa sendirian. Bukan Si Penakluk Dunia dan tidak ingin Menaklukkan Dunia... Ana hanyalah hamba ALLAH yang Dhoif lagi fakir akan ILMU SYAR'I.. Haus Akan Ilmu Syar'i berdasarkan Al_Qur'an Dan As-Sunnah Menurut Pemahaman Salafusshalih... Ini adalah blog pribadi yg di peruntukkan mengingatkan diri Pribadi yang masih Lalai ini... BarokALLAHu fik.. semoga ALlah selalu menunjukkan jalan yang lurus lagi Terang kepada kita Semua .. Amin Ya Rabb.
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran
dari Tuhan-mu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami
turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an).
(Surat An Nisaa': ayat 174)